Oli sintetis dianggap memiliki lebih banyak kelebihan bila dibandingkan dengan oli mineral. Namun demikian keduanya sama-sama memiliki kelebihan maupun kekurangan masing-masing. Berikut adalah rangkuman perbedaan antara oli sintetis dengan oli mineral ditinjau dari berbagai aspek.
Aspek | Oli Mineral | Oli Sintetis |
Bahan baku | Minyak bumi | Bahan organik atau minyak bumi |
Proses Pembuatan | Relatif sederhana | Sangat Rumit |
Homogenitas Molekul | Heterogen | Homogen |
Pour Point1) | Tinggi | Rendah |
Flash Point2) | Rendah | Tinggi |
Bahaya teroksidasi | Tinggi | Rendah |
Endapan lilin | Pasti terbentuk pada suhu rendah | Tidak ada |
Viskositas | Stabil dengan interval temperatur rendah | Stabil dengan interval temperatur tinggi |
Interval penggantian | Sering (2500-5000km) | Jarang (7500-10000km) |
Harga | Lebih murah | Mahal 2 hingga 3 kali harga oli mineral |
Penggunaan | Kendaraan sehari-hari | Kendaraan sport |
- 1) Pour point adalah temperatur terendah dari oli pada saat ia kehilangan sifat mampu alirnya. Semakin rendah nilainya maka semakin baik.
2) Flash point adalah temperatur tertinggi dari oli pada saat molekul-molekulnya mulai pecah dan berubah fase menjadi uap. Semakin tinggi nilainya semakin baik.
Nampak pada tabel di atas bahwa oli sintetis memang memiliki kelebihan yang cukup signifikan dibandingkan dengan oli mineral. Oli sintetis dapat bertahan di temperatur ekstrim rendah tanpa terbentuk endapan lilin seperti pada oli mineral, membuat mesin masih lancar dinyalakan sekalipun pada temperatur rendah. Kondisi ini sangat cocok untuk kendaraan-kendaraan yang beroperasi di area iklim dingin (area pegunungan, negara beriklim sub-tropis ataupun dingin). Oli sintetis juga tidak mudah rusak dan menguap pada temperatur sangat tinggi. Hal ini sangat cocok bagi mesin-mesin putaran tinggi seperti mobil maupun motor sport, yang menuntut putaran mesin tinggi untuk menghasilkan tenaga maksimal.
Satu hal yang perlu diperhatikan adalah meskipun oli sintetis tidak menuntut penggantian oli yang sesering oli mineral, namun penggantian oli yang terlambat juga beresiko terhadap mesin itu sendiri. Sebab bagaimanapun, oli sintetis yang digunakan terus-menerus atau bahkan bekerja pada kondisi kecepatan tinggi pasti akan rusak seiring berjalannya waktu. Sehingga penggantiannya pun juga harus dilakukan sesuai dengan petunjuk yang ada.
Dari ulasan singkat di atas, penggunaan oli sintetis ataupun oli mineral yang tepat adalah yang sesuai dengan tipe kendaraan serta kondisi cuaca di area kendaraan. Produsen kendaraan sport jelas mewajibkan penggunanya untuk selalu menggunakan oli sintetis, karena komponen-komponen mesin sport didesain dengan nilai clearence sangat kecil. Molekul-molekul oli sintetis yang homogen akan dengan sempurna masuk ke sela-sela bidang kontak komponen mesin. Mesin sport juga dapat dipastikan akan selalu bekerja pada putarah (RPM) tinggi sehingga pasti membuat mesin sangat panas. Lapisan film yang dibentuk oleh oli sintetis tidak akan mudah rusak karena temperatur tinggi. Dua hal inilah yang menjadi alasan utama mengapa mesin kendaraan sport sangat dianjurkan menggunakan oli sintetis.
Lalu bagaimana jika kendaraan sehari-hari kita, kita beri pelumas oli sintetik? Tentu tidak ada yang melarang. Namun apakah efektif? Pertanyaan inilah yang harus Anda jawab sendiri. Cara mengetahuinya adalah dengan memperhatikan dua hal, yaitu biaya dan performa. Penilaian sebanding dan tidaknya menggunakan oli sintetis dengan performa yang Anda cari menuntut percobaan yang sedikit memakan waktu. Maka tidak jarang banyak pemilik kendaraan kembali ke pelumas yang sesuai dengan petunjuk pabrikan, sebab sang engineer pabrikan sudah pasti mendesain mesin yang Anda pakai sekaligus dengan pelumas yang digunakan.
Referensi:
- Wikipedia: Synthetic Oil
- Wikipedia: Lubricant
- Synthetic vs Mineral Oil
- How Lubricating Oil is Made
- Basic of Synthetic Oil Technology